Upacara Adat Rasulan di Gunung Kidul

Semua daerah di Gunung Kidul, khususnya dukuh Nitikan Barat mempunyai banyak budaya yang terus dilestarikan sejak jaman dahulu. Salah satunya adalah upacara adat Bersih Desa atau sering disebut “Rasulan”. Sesuai dengan namanya, tujuan dari upacara adat ini adalah untuk membersihkan desa dan seisinya (penduduk) dari segala keburukan agar daerah tersebut menjadi aman, tentram, dan nyaman. Acara Rasulan disini diikuti oleh 3 padukuhan atau disebut “Tri Padukuhan”, yaitu Nitikan Barat, Nitikan Timur, dan Sambirejo yang diadakan satu tahun sekali. Ketepatan tanggal dan bulan pelaksanaan berdasarkan kesepakatan dari ketiga padukuhan tersebut. Syaratnya harus hari Senin Wage di bulan yang sama selama 3 kali acara Rasul berturut. Berbagai rangkaian acara dan hiburan diadakan diantaranya adalah pengajian akbar, senam massal, pertunjukkan kesenian Janggrung, pentas seni, pertunjukkan dagelan jawa atau campur sari, dan acara puncaknya adalah bertukar ingkung, kirab budaya, dan pertunjukkan wayang kulit. Namun setiap tahunnya rentetan acara yang diadakan dapat berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan warga Tri Padukuhan. Acara yang wajib ada yaitu pertunjukkan kesenian Janggrung dan kirab budaya.

Awal dari rangkaian acara Rasul diisi dengan pengajian akbar yang disertai hiburan hadrah (seni menyanyi dengan lafadz al-Quran yang diiringi musik rebana).
 

Pada hari berikutnya dilanjutkan dengan acara senam massal yang diikuti seluruh warga Tri Paduhan.


Sore harinya dilanjutkan dengan acara pertunjukkan kesenian janggrung. Kesenian Janggrung adalah tarian tradisional dimana sang penari melakukan gerakan tari sambil menyinden (menyanyi lagu jawa) dengan diiringi alunan musik gamelan. Tarian ini merupakan rangkaian acara rasulan yang dilaksanakan pada hari Minggu Pon sebelum acara puncak. Tarian ini dipertunjukkan di Krapyak (pelataran pinggir sungai yang terdapat dua pohon yang dipercaya warga setempat didalamnya terdapat sosok penunggu). Menurut mitos setempat, apabila meminta usapan dari selendang sang penari maka akan mendatangkan berkah

Pada malam harinya dilanjutkan acara sambutan-sambutan dari para tokoh masyarakat dan peresmian pembukaan acara rasulan yang diramaikan dengan peluncuran kembang api. Terdapat hiburan berupa pentas seni tarian tradisional nusantara dan pertunjukkan dagelan jawa atau campur sari.

Di hari puncak acara Rasulan, Pada pagi harinya warga dukuh Nitikan Barat mempunyai tradisi bertukar ingkung (ayam utuh) yang dikumpulkan di balai padukuhan untuk didata dan diberi doa, kemudian dibagikan kembali kepada warga. Setiap rumah mengirimkan satu ingkung yang ditaruh di baskom dan ditutup menggunakan koran agar terhindar dari debu dan lalat sehingga makanan tetap higienis.
 

Sebelum melakukan kirab para peserta menampilkan pertunjukkannya di balai padukuhan bersamaan dengan pengumpulan ingkung.



Acara kirab budaya bersamaan dengan kompetisi kostum kirab dan gunungan. Kirab dimulai pada siang hari sekitar pukul 13:00 WIB. Rute kirab berada di jalan raya Semanu-Wonosari. Setelah kirab terdapat pertunjukkan kesenian seperti Jathilan, Doger, dan lain-lain. Di akhir acara Rasulan diisi pertunjukkan wayang kulit. Tradisi saat Rasulan hampir seperti lebaran, warga saling berkunjung ke sanak saudara atau tetangga untuk bersilaturahmi. Uniknya, setiap tamu yang datang harus memakan jamuan yang disediakan sebagai bentuk rasa hormat pada tuan rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Padukuhan Nitikan Barat

Kondisi Geografis Nitikan Barat